Hari Jum'at 25 Mei 2012 ba'da magrib atau sudah masuk 5 Rajab 1433 H, keluarga besar saya berduka. Kakak laki-laki papa saya a.k.a Pak Tuo saya meninggal dunia. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.
Pak tuo saya ini adalah satu-satunya pak tuo dari keluarga inti yang saya kenal. Papa dan mama saya datang dari keluarga besar, hanya karena mama saya anak sulung jadi saya tidak punya pak Tuo dari pihak mama. Nah karena papa saya anak bungsu dari 14 bersaudara (hehehe keluarga besaaar sekali), saya seharusnya punya banyak pak tuo dan mak tuo. Hanya sebagian besar dari mereka sudah almarhum di saat saya masih lucu-lucunya (baca: masih balita) sehingga saya tidak sempat mengenal mereka. Pak tuo ini lah yang saya kenal. Oleh karena itu, kepergian beliau yang begitu mendadak begitu mengejutkan saya dan semua orang.
Ya begitu mengejutkan dan membuat kami sedih. Namun bukan itu yang membuat kami menangis terharu. Kepergian beliau yang tidak menyakitkan dan tidak menyusahkanlah yang membuat kami terharu.
Tidak menyakitkan
Kita yang masih hidup tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya sakaratul maut. Hanya saja gambaran menyakitkannya sakaratul maut pernah saya baca dibeberapa kisah dalam kitab saya, Al-Qur'an, dan pernah juga saya saksikan beberapa kali. Kepergian pak Tuo saya ini, oleh beberapa kerabat disebutkan sebagai proses yang tidak menyakitkan (Hanya Tuhan yang tahu kebenarannya). Beliau Jum'at sore itu sedang mengantri di Dokter untuk MedCheck. Masih sempat mengobrol dengan beberapa pasien di ruang tunggu. Kemudian beliau tiba-tiba merasa mengantuk dan berpesan kepada cucunya yang mengantar jika beliau ingin tidur sebentar dan minta dibangunkan jika nomor antriannya dipanggil. Beliau meninggal dalam tidur dan sangat tenang sekali.
Tidak menyusahkan
Walaupun dalam setiap prosesi pemakaman pastilah terjadi kesibukan, saya yakin sebagian besar orang-orang yang membantu pastilah ikhlas dan tidak merasa disusahkan. Nah yang saya maksud disini adalah prosesi pemakaman pak tuo saya ini memang tetap sibuk, namun sebagian besar urusan sudah diurus oleh pak Tuo saya. Kok bisa? Itu lah yang membuat keluarga besar kami terharu. Beliau ternyata sudah jauh-jauh hari memesan kapling makam dan 'menabung' di paguyuban perumahan untuk prosesi pemakaman (kain kafan, keranda, dll). Dan jam-jam terakhir kehidupan, beliau bersih-bersih dan merapihkan rumah. Sehingga saat jenazah beliau sampai dirumah, keluarga tidak lagi disibukkan membersihkan rumah. Benar-benar tidak mernyusahkan orang-orang yang ditinggalkan, apalagi mak tuo saya memang lagi sakit.
Duh saya benar-benar speechless kemarin saat mendengar kisah ini. Subhanallah keindahan dan kemudahan yang Allah persiapkan diakhir kehidupan beliau. Tidak semua hamba-Nya akan mendapatkan privilege seperti ini. Kemudahan yang tidak 'mudah'.
Ada satu hutang janji beliau pada saya yang saya masih ingat. Janji itu dibuat beliau saat saya masih umur sekitar 5 tahun. Karena waktu itu saya nangis meraung-raung sampai mama dan papa saya give up (saya lupa saya nangis karena apa), beliau menenangkan saya dengan menjanjikan akan memberikan saya seekor monyet kecil dan saya pun berhenti menangis. Waktu saya kecil setiap kali ketemu beliau pasti saya tagih, tapi beliau ngeles dan saya akhirnya berhenti menagih. Pak tuo, saya sudah ikhlaskan janji itu jadi beristirahatlah dengan tenang.
Selamat jalan Pak tuo :'(
Akhir yang khusnul khotomah...:) Semoga almarhum diterima iman islamnya, diterangi alam kuburnya, diampuni segala dosa dan kesalahannya dan ditempatkan ditempat terbaik di sisiNya. Aamiin...:)
ReplyDeleteTerima kasih OmMu....Amin amin YRA...
Deleteaamiin ya robbal alaamin *peluk2 dedi*
ReplyDeleteTerima Kasih kaIn...*hugs*
Delete