Monday, January 16, 2012

Kisah si Mimi Hitam


Untuk pembaca komik donal bebek, pasti tahu siapa musuh bubuyutannya paman Gober selain gerombolan si berat. Yup betul, dia adalah si Mimi hitam atau nama ‘asli’nya Magica De Spell, di Italia dia dipanggil Amelia, atau Miss Tick bila di Prancis, Gundel Gaukeley bila di Jerman, dan Zwarte Magica di Belanda. Halah kenapa jadi melantur ya. Hmm ada apakah dengan si Mimi Hitam ini? Sebenarnya gak ada apa-apa sih…xixixixi jadi bingung kan…maaf pembaca, bukan maksud hati untuk melantur dan membingungkan…
Jadi alkisah *dongeng mode on*, di dekat kantor saya ada seorang bapak tua tukang tambal ban dengan modal seadanya.  Hanya bermodal sepeda tuanya, pompa ban manual yang sederhana, ember berisi air keruh, dan tas pinggang kumalnya.  Setiap sore saat berjalan kaki pulang kerja saya pasti bertemu dia. Dulu sekali, saya suka bertanya-tanya “memangnya kalau dia nongkrong disini bakal ada yang pakai jasanya dia ya?”.  Eh ternyata ada saja lho, paling tidak hanya sesekali saya melihat dia tanpa pelanggan. Alhamdulillah memang rejekinya dia kali ya di sini.  Tidak sekalipun saya pernah berburuk-sangka pada si bapak.
Nah pada suatu sore saya tahu kenyataannya. Ternyata si bapak tua tukang tambal ban itu tidak seperti bayangan saya.  Teman kantor saya bercerita kalau oleh beberapa teman dia dijuluki Mimi hitam. Lalu saya bilang ” ih kok pada jahat sih”.  Dan berceritalah teman saya kalau si Bapak selain secara penampakan memang agak mirip Mimi Hitam (karena selalu memakai baju hitam dan berambut gondrong serta suka menggerutu), katanya juga licik.  Ternyata dia menyebarkan ranjau paku di jalan sebelum tempat dia mangkal, sehingga bagi pengandara motor yang terkena ranjau itu pasti akan menggunakan jasanya. Saya masih tidak percaya “ah jangan fitnah”.  Teman saya meyakinkan saya “Beneran, kan si A (salah seorang teman kantor saya) pernah kena.  Ban motornya kempes kena ranjau paku di pengkolan jalan dekat kantor dan di kasih tahu satpam bahwa itu adalah karena ulah si Bapak dan pernah dipergoki oleh satpam. Lalu saya bilang “Kok tidak ditegur?”. Kata teman saya itu mungkin satpam itu sungkan dan gak enak karena bisa menghilangkan lahan kerjanya si bapak.
Duh saya jadi sedih dan miris begitu tahu cerita itu.  Tapi memang si Bapak ini hanyalah satu dari banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang untuk sesuap nasi.  Kadang saya bertanya-tanya “kenapa ya mereka bisa melakukan itu? sebegitu putus asa kah?”.  Di agama saya diajarkan untuk selalu meyakini bahwa segala sesuatu termasuk rejeki sudah diatur oleh Tuhan, tidak mungkin tertukar antara satu hamba dengan hambaNya yang lain.  Dengan begitu kita selalu ikhlas menerima segala sesuatunya.  Namun demikian, bukan berarti harus pasrah selalu dan hanya menunggu, kita tetap berusaha (tentu saja dengan cara yang halal) dan tidak lupa berdo’a. Toh harta hanya bisa dinikmati di dunia.
Ah semoga si Bapak Mimi Hitam ini segera ‘tercerahkan’ hatinya dan mendapatkan rejeki lain yang halal.

2 comments:

  1. tukang tambal ban yang di halte seberang kanisius itu mbak? masih ada ya?...qiqiqi

    ReplyDelete
  2. hehe iya...kadang nongkrong di halte seberang kanisius ya kadang depan kantorku...masih ada dia...betah disana :)

    ReplyDelete