Tuesday, May 15, 2012

Kumis Kucing


Ini bukan cerita tentang tanaman kumis kucing ya, tapi benar-benar tentang kumisnya si kucing :D.

Beberapa waktu yang lalu teman saya semasa SMA memasang status di profile BB-nya, kurang lebih bunyinya seperti ini " seperti kucing kehilangan kumisnya".  Saya penasaran kenapa dia pasang status separti itu. Dia bercerita bahwa seberapapun lebar sebuah pintu, dia sering sekali kepentok seolah tak bisa mengetahui lebar pintu itu. Persis kayak kucing yang kehilangan kumis, begitu katanya.

Hmm saya jadi teringat kisah saya sendiri tentang kumis kucing. Jadi jaman kost di Bogor, di kost saya ada beberapa ekor kucing.  Mulai kucing berbulu kuning keemasan peliharaan seorang tetangga kamar bernama Stevie sampai kucing buluk yang tidak bernama, sering mampir ke kost karena ngecengin si Stevie atau karena mencari peruntungan siapa tahu ada yang kasihan dan memberi makan saat mereka mengeong memelas.

Nah cerita dimulai saat suatu hari, saya pulang cepat karena kebetulan di hari itu cuma ada 1 kuliah pagi.  Karena malas keluar lagi, maka pulang dari kampus saya sekalian beli makan siang yang terdiri dari nasi, ayam bakar, dan sayur bayam.  Waktu menunjukkan jam 11 siang ketika saya tiba di kost, karena belum lapar, saya ke kamar untuk ganti baju dan menaruh makan siang yang sudah saya beli di atas meja belajar lalu ke ruang tengah untuk nonton TV. Kira-kira setengah jam kemudian, cacing-cacing di perut saya yang langsing *saat itu* mulai berdemo.  Saya pun melangkah ke dapur untuk mengambil piring dan sendok lalu ke kamar untuk mengambil makan siang saya.

Tapi begitu buka pintu kamar, saya langsung murka berat saat menemukan bungkusan makan siang sudah tercabik-cabik, nasi berceceran, air sayur bayem sudah meleber dan AYAM BAKAR SAYA HILAAAANG. Aaaaarrrrrrggghhh dan saya menemukan si pelaku, kucing gembul berbulu abu-abu, sedang asyiknya menikmati ayam bakar saya diatas tempat tidur (>o<).  Serta merta saya mengambil sapu dari balik pintu.  Si gembul menyadari adanya ancaman, dengan sigap kabur membawa ayam bakar saya lewat jendela kamar dan meninggalkan saya yang nelangsa.  Sudah kelaparan, makan siang ga bisa dimakan lagi plus harus beres-beres kamar pula (T_T).

Intinya saya dendam membara lah sama si gembul dan beberapa kemudian saya melihat dia sedang leyeh-leyeh tanpa merasa berdosa di karpet ruang TV.  Memasang muka sok imut dan tidak bersalah saat melihat saya lewat. Saya masih sebel banget dan saking sebelnya saya nyamperin si gembul sambil bawa gunting.  Kali ini si gembul lengah, saya berhasil nangkap dia dan 'kres kres'.  Saya sukses dong motong kumisnya si Gembul sampai habis.  Saya ketawa cekikikan liat tampangnya tanpa kumis panjangnya dan tampak kebingungan.  Saya turunkan si gembul dari gendongan saya ke lantai. 

Nah kejadian selanjutnya bikin saya panik.  Begitu saya letakkan di lantai, si gembul sempat berdiri tegak sejenak kemudian 'bruuuuk'.  Si gembul PINGSAAAN. Yuup baru kali ini saya lihat kucing pingsan. Saya panik. Saya goyang-goyangin badannya, gak bangun juga. Saya tarik-tarik ekornya, tetap diam tak bergeming.  Saya mulai melakukan some stupid things seperti ngecek nafasnya si gembul dengan meletakkan jari saya di depan hidungnya.  Saya sempat putus asa hingga akhirnya salah seorang teman kost saya, yang kebetulan adalah mahasiswa kedokteran hewan, pulang.  Saya ceritakan kronologisnya DAN saya diomelin habis-habisan :'(.

Dari temen saya yang calon dokter hewan *dulu*, saya tahu bahwa ternyata kumis kucing merupakan salah satu pusat syaraf dari kucing yang beberapa fungsinya adalah untuk keseimbangan dan mengukur lebar jalan yang bisa dilaluinya. Oooo pantesan si gembul pingsan *tepok jidad*. Saya merasa sangat bersalah dan menyesal. Hiks tapi mau bagaimana lagi.  Si teman saya ini setelah puas ngomelin saya dan tampaknya mulai kasihan dengan saya, diapun menenangkan saya dengan menyebutkan kemungkinan besar si gembul hanya pingsan. Dan benar saja, beberapa saat kemudian si gembul mulai membuka matanya dan mengeong lemah. Saking senangnya, saya peluk si gembul. Alhamdulillah si gembul itu kucing yang pemaaf.  Sebagai permintaan maaf, saya pun bertekad 'mengurus' si gembul sampai kumis-kumisnya tumbuh. Karena tingkahnya yang kadang menyebalkan dan kadang menghibur, akhirnya si gembul menjadi peliharaan saya yang tidak resmi yang saya panggil Bulbu aka gemBul abu-abu.

Hmm jadi kangen sama Bulbu....tapi Bulbu ngga berumur lama jadi peliharaan saya. Tapi suer kali ini bukan karena saya ya yang nakal, tapi Bulbunya sendiri yang teledor menyebrang jalan tanpa menoleh kanan kiri padahal depan kost saya itu jalan raya lintas propinsi.

Pokoke dengan sharing cerita ini, saya hanya ingin pesen kepada blogger jangan nakal-nakal ya sama kucing apalagi sampai 'mencukur' habis kumis kucing walaupun senakal-nakalnya kucing itu. Si BulBu cuma pingsan efek setelah pencukuran kumisnya, entahlah efek pada kucing lain :'(.  Untuk baca informasi yang lengkap tentang kumis kucing, silakan baca ini juga ya.

6 comments:

  1. Deeeee tega kaliiiii kaaaw..:D
    trus2, si gembul tumbuh kumisnya lagi berapa lama??

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe iya kamay...itu kan jaman aku tidak suka kecil....gara-gara si gembul aku jadi pecinta kucing kok...
      kumis si gembul tumbuh kalo ga salah sekitar 2 bulan kalo ga salah inget...

      Delete
  2. hahahahaahahahahahahahahahahahah geli abiisssssssssss... keren penuturannya ded hahahahahahah.. eehh ini cerita sedih yah? hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. *bekep kaIn*...entahlah ini harusnya jadi cerita lucu atau cerita sedih ya...hmm???

      Delete
  3. hahahahha konyol kali kita waktu itu ya dee....gw jg stress waktu itu ngeliat kucing pingsan...ah kangen maharlika

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehehe baru inget gw...kejadian itu kan ada dirimu ya....*tepok jidad*

      Delete