Wednesday, May 30, 2012

Benny & Mice

Duh ini nih strip komik yang wajib dibaca setiap minggu di Kompas...dulu masih rajin gunting-guntingin trus bikin klipingnya (eh tuh kliping kemana ya?...jadi ingat)...Nah mumpung Echa ngadain kuis berhadiah buku n diantaranya adalah komik Benny & Mice...langsung deh nulis ini...
Echaaaaaa...aku mau yaaaa Benny Mice yang dari Presiden ke Presiden dan yang no. 15 juga...hahaha maruk...*ngacung tinggi-tinggi*
Terima Kasih Echa...yakin deh bakal dijaga baik-baik...Secara booklover juga...*hugs*

Sunday, May 27, 2012

Kemudahan yang tidak 'mudah'

Hari Jum'at 25 Mei 2012 ba'da magrib atau sudah masuk 5 Rajab 1433 H, keluarga besar saya berduka.  Kakak laki-laki papa saya a.k.a Pak Tuo saya meninggal dunia.  Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.

Pak tuo saya ini adalah satu-satunya pak tuo dari keluarga inti yang saya kenal.  Papa dan mama saya datang dari keluarga besar, hanya karena mama saya anak sulung jadi saya tidak punya pak Tuo dari pihak mama.  Nah karena papa saya anak bungsu dari 14 bersaudara (hehehe keluarga besaaar sekali), saya seharusnya punya banyak pak tuo dan mak tuo.  Hanya sebagian besar dari mereka sudah almarhum di saat saya masih lucu-lucunya (baca: masih balita) sehingga saya tidak sempat mengenal mereka. Pak tuo ini lah yang saya kenal.  Oleh karena itu, kepergian beliau yang begitu mendadak begitu mengejutkan saya dan semua orang.  

Ya begitu mengejutkan dan membuat kami sedih.  Namun bukan itu yang membuat kami menangis terharu.  Kepergian beliau yang tidak menyakitkan dan tidak menyusahkanlah yang membuat kami terharu.

Tidak menyakitkan
Kita yang masih hidup tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya sakaratul maut.  Hanya saja gambaran menyakitkannya sakaratul maut pernah saya baca dibeberapa kisah dalam kitab saya, Al-Qur'an, dan pernah juga saya saksikan beberapa kali.  Kepergian pak Tuo saya ini, oleh beberapa kerabat disebutkan sebagai proses yang tidak menyakitkan (Hanya Tuhan yang tahu kebenarannya).  Beliau Jum'at sore itu sedang mengantri di Dokter untuk MedCheck.  Masih sempat mengobrol dengan beberapa pasien di ruang tunggu.  Kemudian beliau tiba-tiba merasa mengantuk dan berpesan kepada cucunya yang mengantar jika beliau ingin tidur sebentar dan minta dibangunkan jika nomor antriannya dipanggil.  Beliau meninggal dalam tidur dan sangat tenang sekali.

Tidak menyusahkan
Walaupun dalam setiap prosesi pemakaman pastilah terjadi kesibukan, saya yakin sebagian besar orang-orang yang membantu pastilah ikhlas dan tidak merasa disusahkan.  Nah yang saya maksud disini adalah prosesi pemakaman pak tuo saya ini memang tetap sibuk, namun sebagian besar urusan sudah diurus oleh pak Tuo saya.  Kok bisa? Itu lah yang membuat keluarga besar kami terharu.  Beliau ternyata sudah jauh-jauh hari memesan kapling makam dan 'menabung' di paguyuban perumahan untuk prosesi pemakaman (kain kafan, keranda, dll).  Dan jam-jam terakhir kehidupan, beliau bersih-bersih dan merapihkan rumah.  Sehingga saat jenazah beliau sampai dirumah, keluarga tidak lagi disibukkan membersihkan rumah.  Benar-benar tidak mernyusahkan orang-orang yang ditinggalkan, apalagi mak tuo saya memang lagi sakit.

Duh saya benar-benar speechless kemarin saat mendengar kisah ini.  Subhanallah keindahan dan kemudahan yang Allah persiapkan diakhir kehidupan beliau.  Tidak semua hamba-Nya akan mendapatkan privilege seperti ini. Kemudahan yang tidak 'mudah'.

Ada satu hutang janji beliau pada saya yang saya masih ingat.  Janji itu dibuat beliau saat saya masih umur sekitar 5 tahun.  Karena waktu itu saya nangis meraung-raung sampai mama dan papa saya give up (saya lupa saya nangis karena apa), beliau menenangkan saya dengan menjanjikan akan memberikan saya seekor monyet kecil dan saya pun berhenti menangis.  Waktu saya kecil setiap kali ketemu beliau pasti saya tagih, tapi beliau ngeles dan saya akhirnya berhenti menagih.  Pak tuo, saya sudah ikhlaskan janji itu jadi beristirahatlah dengan tenang.  

Selamat jalan Pak tuo :'(

Tuesday, May 15, 2012

Kumis Kucing


Ini bukan cerita tentang tanaman kumis kucing ya, tapi benar-benar tentang kumisnya si kucing :D.

Beberapa waktu yang lalu teman saya semasa SMA memasang status di profile BB-nya, kurang lebih bunyinya seperti ini " seperti kucing kehilangan kumisnya".  Saya penasaran kenapa dia pasang status separti itu. Dia bercerita bahwa seberapapun lebar sebuah pintu, dia sering sekali kepentok seolah tak bisa mengetahui lebar pintu itu. Persis kayak kucing yang kehilangan kumis, begitu katanya.

Hmm saya jadi teringat kisah saya sendiri tentang kumis kucing. Jadi jaman kost di Bogor, di kost saya ada beberapa ekor kucing.  Mulai kucing berbulu kuning keemasan peliharaan seorang tetangga kamar bernama Stevie sampai kucing buluk yang tidak bernama, sering mampir ke kost karena ngecengin si Stevie atau karena mencari peruntungan siapa tahu ada yang kasihan dan memberi makan saat mereka mengeong memelas.

Nah cerita dimulai saat suatu hari, saya pulang cepat karena kebetulan di hari itu cuma ada 1 kuliah pagi.  Karena malas keluar lagi, maka pulang dari kampus saya sekalian beli makan siang yang terdiri dari nasi, ayam bakar, dan sayur bayam.  Waktu menunjukkan jam 11 siang ketika saya tiba di kost, karena belum lapar, saya ke kamar untuk ganti baju dan menaruh makan siang yang sudah saya beli di atas meja belajar lalu ke ruang tengah untuk nonton TV. Kira-kira setengah jam kemudian, cacing-cacing di perut saya yang langsing *saat itu* mulai berdemo.  Saya pun melangkah ke dapur untuk mengambil piring dan sendok lalu ke kamar untuk mengambil makan siang saya.

Tapi begitu buka pintu kamar, saya langsung murka berat saat menemukan bungkusan makan siang sudah tercabik-cabik, nasi berceceran, air sayur bayem sudah meleber dan AYAM BAKAR SAYA HILAAAANG. Aaaaarrrrrrggghhh dan saya menemukan si pelaku, kucing gembul berbulu abu-abu, sedang asyiknya menikmati ayam bakar saya diatas tempat tidur (>o<).  Serta merta saya mengambil sapu dari balik pintu.  Si gembul menyadari adanya ancaman, dengan sigap kabur membawa ayam bakar saya lewat jendela kamar dan meninggalkan saya yang nelangsa.  Sudah kelaparan, makan siang ga bisa dimakan lagi plus harus beres-beres kamar pula (T_T).

Intinya saya dendam membara lah sama si gembul dan beberapa kemudian saya melihat dia sedang leyeh-leyeh tanpa merasa berdosa di karpet ruang TV.  Memasang muka sok imut dan tidak bersalah saat melihat saya lewat. Saya masih sebel banget dan saking sebelnya saya nyamperin si gembul sambil bawa gunting.  Kali ini si gembul lengah, saya berhasil nangkap dia dan 'kres kres'.  Saya sukses dong motong kumisnya si Gembul sampai habis.  Saya ketawa cekikikan liat tampangnya tanpa kumis panjangnya dan tampak kebingungan.  Saya turunkan si gembul dari gendongan saya ke lantai. 

Nah kejadian selanjutnya bikin saya panik.  Begitu saya letakkan di lantai, si gembul sempat berdiri tegak sejenak kemudian 'bruuuuk'.  Si gembul PINGSAAAN. Yuup baru kali ini saya lihat kucing pingsan. Saya panik. Saya goyang-goyangin badannya, gak bangun juga. Saya tarik-tarik ekornya, tetap diam tak bergeming.  Saya mulai melakukan some stupid things seperti ngecek nafasnya si gembul dengan meletakkan jari saya di depan hidungnya.  Saya sempat putus asa hingga akhirnya salah seorang teman kost saya, yang kebetulan adalah mahasiswa kedokteran hewan, pulang.  Saya ceritakan kronologisnya DAN saya diomelin habis-habisan :'(.

Dari temen saya yang calon dokter hewan *dulu*, saya tahu bahwa ternyata kumis kucing merupakan salah satu pusat syaraf dari kucing yang beberapa fungsinya adalah untuk keseimbangan dan mengukur lebar jalan yang bisa dilaluinya. Oooo pantesan si gembul pingsan *tepok jidad*. Saya merasa sangat bersalah dan menyesal. Hiks tapi mau bagaimana lagi.  Si teman saya ini setelah puas ngomelin saya dan tampaknya mulai kasihan dengan saya, diapun menenangkan saya dengan menyebutkan kemungkinan besar si gembul hanya pingsan. Dan benar saja, beberapa saat kemudian si gembul mulai membuka matanya dan mengeong lemah. Saking senangnya, saya peluk si gembul. Alhamdulillah si gembul itu kucing yang pemaaf.  Sebagai permintaan maaf, saya pun bertekad 'mengurus' si gembul sampai kumis-kumisnya tumbuh. Karena tingkahnya yang kadang menyebalkan dan kadang menghibur, akhirnya si gembul menjadi peliharaan saya yang tidak resmi yang saya panggil Bulbu aka gemBul abu-abu.

Hmm jadi kangen sama Bulbu....tapi Bulbu ngga berumur lama jadi peliharaan saya. Tapi suer kali ini bukan karena saya ya yang nakal, tapi Bulbunya sendiri yang teledor menyebrang jalan tanpa menoleh kanan kiri padahal depan kost saya itu jalan raya lintas propinsi.

Pokoke dengan sharing cerita ini, saya hanya ingin pesen kepada blogger jangan nakal-nakal ya sama kucing apalagi sampai 'mencukur' habis kumis kucing walaupun senakal-nakalnya kucing itu. Si BulBu cuma pingsan efek setelah pencukuran kumisnya, entahlah efek pada kucing lain :'(.  Untuk baca informasi yang lengkap tentang kumis kucing, silakan baca ini juga ya.