Sunday, May 19, 2013

Bandara


Bandara itu seperti laboratorium kimia. Saya analogikan seperti itu karena bandara itu seperti tempat pertemuan banyak senyawa rasa yang menghasilkan berbagai rupa reaksi tergantung komposisi campuran senyawanya yang bisa saya amati secara bebas.

Di terminal keberangkatan, ada rasa sedih karena perpisahan yang reaksi harunya akan sangat tergantung kepada seberapa kuat hubungan antara orang-orang yang akan berpisah, seberapa lama mereka akan berpisah dan seberapa banyak rasa sedih tertuang yang juga sangat bergantung kepada seberapa banyak orang yang mengantar. 

Di terminal kedatangan, ada rasa senang karena akhirnya bertemu kembali.  Perpaduan rasa ini menghasilkan reaksi bahagia dan terkadang reaksi haru.  Dan dasyatnya hasil reaksi itu akan sangat bergantung pada hal-hal yang kurang lebih sama dengan di terminal keberangkatan.

Untuk seorang loner traveler seperti saya :), reaksi kimia seperti itu hanya akan terjadi pada saat saya menempuh perjalanan hati untuk menemui dan meninggalkan orang-orang terkasih saya.  Saat bepergian sendiri untuk tugas kantor dan berpetualang, itu adalah waktu saya untuk menjadi observer untuk mengamati reaksi senyawa rasa itu.  Merasa ikut senang dan merasakan rasa haru saat terjadi perpisahan.  Dan reaksi senyawa rasa itu menginspirasi saya untuk menuangkan dalam tulisan-tulisan dan puisi-puisi saya.

Bandara juga identik dengan tempat persinggahan, entah sifatnya sementara ataupun permanen.  Untuk seorang petualang, bandara adalah tempat persinggahan sementara sebelum ke tempat tujuan lainnya.  Untuk seorang penempuh perjalanan hati ;), bandara bisa jadi adalah tempat persinggahan terakhir sebelum menetap secara permanen disuatu tempat bersama 'hati'nya :).

Nah kayaknya ini adalah sedikit dari apa yang saya rasakan tentang bandara.  Kali ini saya menuliskan tentang bandara karena seperti biasa saya sedang mengisi waktu luang saya menunggu kamu, si bandara tempat random feeling saya bersenyawa, tapi saya belum tahu apakah kamu itu persinggahan sementara atau permanen saya ;).    Karena sebentar lagi laptop saya mati dan saya lupa bawa charger, see you blogger.

Monday, May 6, 2013

Menunggu...

Kegiatan yang paling yang saya tidak suka adalah menunggu.  Makanya saya sebisa mungkin memenuhi janji ketemuan dengan orang ataupun jadwal apapun se'mepet' mungkin sehingga saya tidak perlu menunggu.  Jadi misalnya kalau janjian bertemu jam 10 pagi, saya akan perkirakan waktu tempuh ke tempat pertemuan dengan pertimbangan moda transportasi yang akan saya gunakan maka saya akan berangkat dari rumah jam 9.00 pagi.  Hmm kalau hari libur atau weekend sih hal ini masih memungkinkan terpenuhi sesuai rencana saya, tapi jangan terlalu berharap ini akan terjadi di workday.  Jakarta gitu lho.  Susah diprediksi.  Jadi untuk workdays, saya membuat pengecualian.

Nah kembali ke topik awal yaitu terkait kegiatan menunggu yang tidak saya sukai. Menurut saya, kegiatan yang satu ini sungguh membosankan.  Tapi itu pemikiran saya dulu.  Saya berpikir keras (lebay mode on), bagaimana caranya supaya saya tidak bosan dan diantara waktu menunggu tersebut.  Akhirnya saya menemukan kegiatan yang saya sukai, yaitu mendengar musik sambil membaca atau menulis.

Dulu must bring items saya adalah buku (biasanya tipis), mp3 player, dan notes kecil beserta pulpen. hehehe so oldies ya.  Hmm sekarang sih saya tidak serempong itu.  Berkat teknologi, saya cukup bawa my lovely Wondie dan saya sudah bisa melakukan tiga aktivitas itu ketika saya harus menunggu.

Tapi pernah lho, karena saya lupa nge-charge my lovely Wondie akhirnya saya harus menunggu di ruang tunggu kantor Imigrasi tanpa melakukan aktivitas mendengar musik, membaca ataupun menulis. Sepuluh menit terasa sungguh menyiksa.  Saya mulai gelisah.  Dua puluh menit berlalu dan saya masih harus menunggu.  Saya mulai kesal sendiri. Tiga puluh menit berlalu dan kesabaran saya mulai hilang.  Mulai mengetuk-ngetuk ataupun menggoyang-goyangkan kaki tanda kebosanan dan mulai berdecak plus menggerutu.  Untuk orang-orang sekitar saya yang melihat saya, pasti tingkah saya sungguh menyebalkan (karena saya juga sebal melihat orang-orang kayak gini). But what can I do. No books, No Music, No Note & Pen.  Gak mungkin kan saya tiba-tiba menyanyi sendiri untuk menciptakan musik, bisa-bisa saya makin disangka orang stress. So what I do next?

Saya ingat ajaran kalau kita sedang marah, untuk meredakan amarah kita bisa pejamkan mata kita, menarik nafas dalam dan menghelanya perlahan.  Hmm mungkin ini bisa saya terapkan untuk meredakan kegelisahan dan kebosanan saya.  Sayapun menerapkannya. Dan tebak apa yang kemudian terjadi saat saya membuka mata?  Saya melihat yang tidak saya lihat sebelumnya. Ada banyak 'keindahan' yang saya lihat.  Ada seorang anak kecil lucu yang sedang asyik bermain dengan karet-karet dijarinya.  Ada sepasang kakek-neneng yang sedang sayang-sayangan, terlihat lucu untuk usia mereka tetapi sungguh membuat iri ;p. Ada satpam yang bertampang galak tapi ternyata langsung berubah begitu seorang anak kecil 'mengganggu'nya.  Aaah ada banyak hal yang menakjubkan terjadi disekitar saya saat saya menghabiskan waktu dengan kesal dan menggerutu.

Sekarang saya tidak terlalu menggantungkan 'hidup' saya kepada gadget, buku, mp3 player ataupun notes saat saya menunggu.  Saya gunakan mereka seperlunya saja.  Saya lebih sering menikmati dengan menikmati situasi sekeliling saya, pemandangan disekitar saya dan musik 'alam' yang ada bahkan walaupun itu adalah bunyi klakson yang silih berganti menandakan ketidaksabaran orang-orang Jakarta. Ada banyak hal baru yang lucu, menarik, dan menginspirasi saat saya dapatkan saat saya menikmati waktu menunggu.

Nah sekarang, sambil menanti kamu dengan sabar, saya memutuskan menikmatinya dengan menulis tulisan ini, mendengarkan sederet lagu Glenn Fredly, sambil duduk di pojokan sebuah kafe kopi di sebuah mall dan tak lupa menikmati dunia yang berputar disekitar saya.  Tulisan ini pun selesai dalam waktu 1 jam 30 menit dan saya pun lihat kamu datang.

Ok blogger, see you in the next article.